JAKARTA - Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10
November. Hari dimana terjadi pertempuran hebat antara arek-arek
Suroboyo dengan serdadu NICA yang diboncengi Belanda.
Menjelang
tahun 1950-an, Presiden Soekarno menetapkan tanggal tersebut sebagai
Hari Pahlawan. Sebagaimana diusulkan Sumarsono, mantan pimpinan
tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang ikut ambil bagian
dalam peperangan sengit itu.
Lantas kenapa Bung Karno memilih peristiwa itu sebagai simbol kepahlawanan yang setiap tahun diperingati?
Menurut
sejarawan Universitas Indonesia (UI) JJ Rizal, Bung Karno sengaja
memanfaatkan momentum itu untuk melegitimasi peran militer dalam
perjuangan merebut kemerdekaan. Sehingga nilai kepahlawanan tersemat
dalam sebuah perjuangan melawan agresi militer.
Dosen yang Tidak Tahan Terhadap Keritik silahkan Masuk Keranjang Sampah,Dosen Bukan Dewa Yang Selalu Benar akan Hal apapun dan Mahasiswa bukan Kerbau yang selalu Jadi Bahan Kesalahan.
Senin, 05 November 2012
Riwayat singkat Bung Tomo
Pasca Proklamasi Kemerdekaan RI 17
Agustus 1945, rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti
senjata para tentara Jepang, sebelum mereka dilucuti tentara Sekutu.
Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15
September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat
di Surabaya pada 25 Oktober. Berkedok melucuti tentara Jepang, tentara
Inggris didatangkan ke Indonesia atas nama Sekutu, dengan membawa misi
mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya.
NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pun membonceng.
Itulah yang meledakkan kemarahan rakyat
Indonesia di mana-mana, sehingga pecahlah insiden Bendera 19 September
1945 di Hotel Yamato atau Hotel Orange (sekarang Hotel Mandarin Oriental
Majapahit) Surabaya. Rakyat Surabaya marah dengan adanya bendera merah
putih biru milik Belanda berkibar di atas menara hotel. Dan terjadilah
aksi perobekan bendera warna biru, hingga menjadi merah dan putih.
Beberapa orang pemuda berhasil mendekati
dan memanjat dinding serta puncak menara Hotel, berhasil menurunkan
bendera Belanda dan menyobek bagian birunya serta menaikkan kembali
bendera Merah-Putih dengan ukuran yang tidak seimbang dengan diiringi
takbir dan pekikan “Merdeka!” yang disambut dengan gempita oleh massa
yang berkerumun di di depan Hotel Orange.
Sejarah Bung Tomo
Sutomo atau Bung Tomo adalah
pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat
rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA
dan berakhir dengan peristiwa pertempuran 10 November 1945 yang hingga
kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. Sutomo pernah bekerja
sebagai pegawai pemerintahan, ia menjadi staf pribadi di sebuah
perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan
pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda.
Ia juga pernah bekerja sebagai polisi di
kota Praja dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia
pindah ke Surabaya dan menjadi distributor untuk perusahaan mesin jahit
“Singer”.
Pada usia 12 tahun, Sutomo meninggalkan
pendidikannya di MULO karena ia harus melakukan berbagai pekerjaan untuk
mengatasi masalah ekonomi keluarga. Kemudian ia menyelesaikan
pendidikan HBS melalui korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.
Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada
usia 17 tahun, ia berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang
mencapai peringkat “Pandu Garuda”.
Langganan:
Postingan (Atom)